Blog Bumdes.id

Ini Alternatif Dana Pembangunan Selain Dana Desa Menurut Frend Effendy Kades Bhuana Jaya Kutai Kartanegara

Kepala Desa Bhuana Jaya Frend Effendy

Berbicara di hadapan peserta kompetisi Desa BRILian Batch 3 Tahun 2021, Kepala Desa Bhuana Jaya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur ini membuka pemaparannya mengenai keresahan banyak pihak mengenai pandemi. “Awalnya kita tidak mengira pandemi corona akan datang, warga kami bahkan sampai 100 orang harus menjalani karantina mandiri” kata Frend Effendy Kepala Desa Pemenang Desa BRILian Batch 2 Tahun 2021 ini.

Frend (sapaan akrabnya) menyampaikan bahwa menanggulangi wabah Corona dengan pembangunan desa tidak hanya mengandalkan pokok-pokok sumber dana desa yang sesuai aturan ditetapkan sebanyak 8 (delapan) persen. “Kami tidak hanya mengandalkan dana desa semata untuk penanggulangan dan pembangunan desa menghadapi pandemi, tetapi juga bekerjasama dengan perusahaan sekitar,” ujar Frend saat tampil dalam webinar. “Karena kebutuhan operasional penanganan covid sangat banyak seperti pendirian posko, membentuk satgas hingga mendorong terbentuknya saling tolong menolong iuran warga di masyarakat kita” tambah Frend.

Bhuana Jaya, desa yang dipimpin Frend Effendy memang memilik reputasi baik dalam bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan atau industri dalam membangun desa. Menurut Frend Effendy, banyak kemitraan strategis yang dibangun antara pemerintah desa dengan perusahaan yang beroperasi di sekitar Bhuana Jaya, atau lebih tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Saat menjalani penilaian kompetisi Desa BRILian sendiri desa bhuana jaya juga mampu memadukan corporate social responsibility (CSR) antara perusahaan industri yang mayoritas perusahaan tambang dengan kepentingan pembangunan desa.

Saat berbicara secara khusus mengenai tema webinar yakni ketahanan dan inovasi desa di masa pandemi, Frend menyinggung mengenai terobosan teknologi informasi yang telah lama diinvestasikan Desa Bhuana Jaya. “RPJM Desa kita diupload di website desa sehingga seluruh masyarakat desa dapat mengkritisi dan memberikan masukan” ujar kepala desa yang masih masuk dalam kategori millenial ini. Bhuana Jaya memang menjadi satu diantara puluhan desa di Kalimantan Timur yang memiliki terobosan digital dan teknologi informasi sejak lama. “Kami menekankan benar-benar transparan semua akses perkembangan pembangunan desa dapat diakses secara terbuka, melalui google” klaim Frend.

Selain itu terobosan-terobosan yang disampaikan Frend Effendy mengenai inovasi digital yang bisa ditiru desa lainnya adalah memposisikan layanan masyarakat yang setara, terjangkau serta memudahkan. “Di desa kami setiap RT diberikan satu laptop untuk mempermudah layanan, semua perangkatnya kami latih”. Selain itu, Bhuana Jaya juga membangun deretan aplikasi serta infrastuktur komunikasi digital untuk memudahkan warganya mengakses informasi dan mendapatkan layanan secara prima.

Bhuana Jaya memiliki sistem aplikasi kependudukan yang dapat diunduh melalui android, atau dioperasikan melalui personal computer. “Warga tinggal masukin NIK, isikan kebutuhan dan mencetak sendiri, jika tidak bisa mencetak bisa dicetak di rumah kepala dusun” tambah Frend Effendy. Tidak hanya sampai disitu saja, warga desa seperti dimanjakan karena Bhuana Jaya memiliki salurna TV Kabel yang menginformasikan seluruh kegiatan desa secara langsung dan live, semua warga desa dimanapun dapat mengikuti kegiatan.

Selain mengoptimalkan pelayanan ke masyarakat, Bhuana Jaya juga mengoptimalkan pembinaan di satuan perangkat desa yaitu memudahkan perangkat desa untuk presensi menggunakan sistem barcode. Sistem ini memudahkan pemantauan dan juga kerja-kerja berbasis teknologi informasi bagi perangkat desa. Satu hal yang menarik dari inovasi digital Bhuana Jaya adalah membangun dan mempertahankan radio desa, teknologi yang dikenal sudah ketinggalan jaman ini ternyata tetap dipertahankan karena asas pemerataan. “Salah satu RT kami letak geografisnya terpencil dan hanya bisa mengakses radio sehingga harus tetap tersambung dengan informasi desa, itulah mengapa radio desa tetap dipertahankan,” ujar Frend. “Kami selalu mengingat pesan presiden mengenai Nawacita yaitu membangun dari daerah pinggiran” tutupnya.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top