Blog Bumdes.id

Berbicara Bumdes di Creative-Hub Akademi Kewirausahaan FISIPOL UGM, Rudy Suryanto Singgung Millenial Berjiwa Kolonial

Ghilman Nafadza Hakim, Moderator Webinar Ideathonesia Creative Hub FISIPOL UGM

FISIPOL UGM Creative-Hub dalam gelaran acara Ideathonesia yang bekerjasama dengan PLUS dan United Nations Development Program (UNDP) mengundang Sekretaris Jenderal Forum BUMDes se-Indonesia yang juga Founder Bumdes.id, Rudy Suryanto, S.E., M.Acc untuk berbicara mengenai kolaborasi Sociopreneur dengan Bumdes sebagai langkah tepat dalam pemberdayaan masyarakat di desa. Acara ini digelar sebagai rangkaian dari program seleksi Sociopreneurship Akademi Kewirausahaan antara FISIPOL UGM Creative Hub dengan PLUS dan UNDP.

Yanti, Project Officer Akademi Kewirausahaan FISIPOL UGM Creative-Hub dalam sambutannya menyampaikan bahwa webinar ini diharapkan bisa membekali peserta dalam mendesain program sociopreneurship yang tepat sasaran di pedesaan. Yanti menambahkan bahwa nanti peserta akan diseleksi menjadi 30 besar dan akan menjalani proses seleksi dan inkubasi selanjutnya. Nantinya peserta akan diseleksi dan diberikan pelatihan langsung dari UNDP ketika memasuki seleksi 30 besar.

Yanti, Project Officer Akademi Kewirausahaan Creative Hub Fisipol UGM

 

Rudy Suryanto sebagai pemateri utama menyampaikan beberapa materi penting mengenai BUMDes dan peran serta sociopreneurship dalam usaha bersama-sama memajukan desa. Pertama, pemahaman yang perlu dipahami pelaku sociopreneur ketika akan melakukan intervensi desa bersama BUMDes adalah memahami letak dan posisi desa dengan BUMDes. “Jangan sampai kita bicara desa dan bumdes dengan pegiat pemberdayaan desa lain tetapi tidak satu frekuensi,” ujar Rudy. Frekuensi yang tidak sama yang dimaksud Rudy adalah soal kedudukan pemerintahan desa yang telah mendapat otonomi penuh pasca hadirnya Undang-Undang Desa Tahun 2014, kemudian dengan hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja Tahun 2020 juga turut memperkuat kehadiran BUMDes serta dengan adanya produk-produk hukum turunan seperti peraturan menteri.

Kedua, menyoal mengenai BUMDes, Rudy Suryanto menekankan bahwa pelaku sociopreneur harus bisa memahami perubahan posisi (reposisi) BUMDes di masa sekarang. Ketika sebelum dilahirkannya Undang-Undang Cipta Kerja, maka posisi BUMDes hanya bertindak sebagai pelaku/pegiat usaha/badan usaha, sementara ketika hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja dan Peratuan Pemerintah No 11 Tahun 2011 membuat BUMDes semakin kuat dan memperoleh kedudukan sebagai badan hukum, “Sehingga dari pelaku berubah menjadi wadah,” tambah Rudy.

Pada kasus perubahan posisi BUMDes ini Rudy secara spesifik menyinggung beberapa pola pikir pegiat desa/bumdes. Misalnya ketika masyarakat desa sudah ada yang mengelola daerah wisata, maka BUMDes jangan kemudian mengambil-alih, BUMDes harus menjadi wadah untuk kolaborasi misalnya dengan mengembangkan sistem ticketing. Selain itu, BUMDes harus berpola pikir kolaborasi atau gotong royong. Gotong-royong yang dimaksud disini bukan kerja bakti, tetapi saling bertukat sumber daya. BUMDes harus bergotong-royong dengan Pokdarwis, Karang Taruna, hingga Pemerintahan Desa.

Rudy Suryanto juga menyoroti peran pemerintahan Desa dalam mendukung BUMDes, jangan sampai BUMDes dan Desa hanya disibukkan membahas infrastruktur semata tanpa memperhatikan perkembangan sumber daya manusia. “Kita harus fokus pada kesejahteraan masyarakat,” tutur Rudy sembari mengutip tujuan berdirinya Republik Indonesia dalam pembukaan UUD mengenai mensejahterakan masyarakat. “Jangan cuma bangun wifi, bangun jembatan, bangun saluran air, sementara masyarakat tidak bisa sejahtera,” tambah Rudy.

Rudy Suryanto saat menyampaikan mengenai reposisi BUMDes dan tata kelolanya

 

Selain berbicara mengenai tata kelola dan kelembagaan BUMDes, Rudy juga berbicara mengenai proyeksi dunia sociopreneuship di pedesaan pada masa lampau hingga kedepan. Pengalaman Rudy Suryanto sendiri sebagai Senior Auditor di PriceWaterHouseCooper, salah satu Kantor Akuntan Publik terbesar di Indonesai dan Managing Partner Syncore Indonesia  dan puluhan tahun mendampingi desa dan BUMDes dalam Forum Bumdes memberikan banyak pandangan mengenai tata kelola dunia bisnis dan sociopreneur.

“Raksasa-raksasa industri hari ini, terutama start up dimulai dari hal-hal kecil dan mengurusi hal-hal kecil, coba lihat saja Tokopedia, Bukalapak, Lazada itu kan awalnya ngurusi umkm”, kata Rudy. “Selain itu perusahaan teknologi dan jual beli yang kemudian membesar juga mengurusi tentang desa dan pertanian,” tambah Rudy. Rudy bercerita pengalaman seorang temannya yang mengurusi industri teknologi pertanian dan pedesaan yang menargetkan omset ratusan juta hingga klien ratusan ribu, awalnya Rudy pesimis tetapi ternyata temannya berhasil membuktikan. “Kuncinya ada pada teknologi dan digitalisasi”, tambah Rudy.

Pada kesempatan tersebut Rudy mendorong peserta Akademi Kewirausahaan yang diproyeksikan menjadi sociopreneur itu untuk ahli dalam menggunakan teknologi. “Gak perlu jadi programmer, yang penting anda punya desain bisnis yang jelas,” tutur Rudy. Dosen Akuntansi UMY Yogyakarta ini memaparkan pengalamannya dalam menangani bisnis di Syncore Indonesia juga awalnya tidak paham bahasa pemrograman, tetapi sekarang justru dibantu banyak programmer di Syncore Indonesia yang menangani banyak klien-klien dari puskesmas, rumah sakit hingga perusahaan.

Strategis Bisnis yang harus dimiliki Sociopreneur

Selain itu Rudy Suryanto juga berbicara mengenai kemandirian petani-petani, pengusaha dan pebisnis di Indonesia. Menjadi kebiasaan banyak masyarakat lebih mengandalkan membeli dari luar desa, membeli dari luar negeri, percaya dengan produk asing tapi tidak mau produksi sendiri. “Ada desa bisa menanam komoditi sayuran, tapi malah beli dari pedagang keliling, ini kan ironi,” tambah Rudy. Rudy juga menyampaikan dirinya tidak anti asing, tetapi mengajak sociopreeur untuk memandirikan masyarakat. “Saya tidak anti asing, lha wong kulliah saya di Australia,” tutur peraih gelar Master of Acccounting dari Melbourne University, Melbourne University sendiri termasuk ke dalma Ivy League atau kampus-kampus terbaik di Australia.

Rudy juga menyinggung mentalitas generasi millenial yang berjiwa kolonial, “jika Anda punya target bisnis, target yang tinggi, 1000 klien atau 10.000 klien, jangan Cuma 100,” papar Rudy sembari dirinya pernah menargetkan klien-klien dengan jumlah ratusan hingga ribuan dengan bekal pengalaman desain bisnis yang baik dan dukungan teknologi digital. “Anda ini kan millenial yang paham teknologi, jangan bermental kolonial pesimis, ragu-ragu” tambah Rudy yang berhasil mendirikan Syncore Indonesia dengan nilai kontrak klien pertama bernilai ratusan juta. Rudy juga membagikan strategi bisnis untuk memulai proposal bisnis terlebih dahulu, menyakinkan klien dan baru mencari tim kerja yang akan menjalankan bisnis-bisnis tersebut.

Pada akhir acara Rudy Suryanto menyampaikan beberapa hal esensial yang mesti dikuasia generasi millenial yang menjadi pengusaha/pebisnis. Pertama adalah mentalitas sociopreneur untuk mengubah peluang menjadi usaha, jangan pedulikan soal modal. Nantinya sociopreneur akan lebih bermanfaat ketika berbicara bisnis bukan semata keuntungan tetapi juga kebermanfaatn yang lebih luas. Kedua, Design Thinking, bahwa pengusaha/pebisnis harus mempunyai desain cara berpikir bisnis yang baik. Bukan hanya sekedar cara berpikir kreatif, tetapi bagaimana pikiran itu menjelma menjadi produk atau layanan. Ketiga, Transformasi Digital. Pengusaha harus memahami soal digitalisasi bukan semata pasang wifi atau komputer tetapi berbicara mengenai digital culture dan digital skill. Keempat adalah mengenai managerial skill, tentang kemampuan mengelola keuangan, SDM, merancang SOP bisnis hingga tim kerja.

Rudy menyampaikan bahwa strategi-strategi bisnis tersebut akan dipaparkan secara gratis dalam desain program terbaru Bumdes.id bernama Arjoena.id atau dikenal dari akronim Anak Muda Terjun Kedesa. Program ini akan berjalan dalam waktu dekat dan Anda bisa bergabung ke dalam jaringan: https://arjoena.id. Selain itu juga, bagi ibu-ibu dan pemudi desa dapat juga bergabung dalam Sriekandi atau disebut Seri Edukasi Kawan Digital untuk Ibu-Ibu dan Perempuan Desa ke dalam website https://sriekandi.id

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top