Blog Bumdes.id

Desa Swakarsa: Kriteria, Contoh dan Tahapan Pembentukan

Desa Swakarsa adalah salah satu kriteria atau sebutan bagi desa-desa di Indonesia yang memiliki indikator-indikator tertentu.

Penyebutan ini perlu diperhatikan karena menjadi tolak ukur dalam perencanaan pembangunan di Indonesia.

Perencanaan ini merupakan bagian dari warisan pembangunan era Soeharto (Orde Baru) yang membagi rencana pembangunan dalam jangka waktu lima tahun tertentu. Kriteria desa swakarya ditentukan dari bisa tidaknya mengelola potensi desa.

Baik potensi produk-produk unggulan, sumber daya manusia hingga potensi wisatanya. 

Desa Swakarya merupakan penyebutan bagi desa kelas menengah, alias desa yang berada di atas status desa swadaya namun belum mencapai status desa swasembada.

Sesuai namanya, desa swakarya merupakan desa yang berada dalam tahap pra-swasembada. Swasembada dalam artian ketahanan pangan dan kemandirian. 

Contoh-contoh desa swakarya dapat dicirikan dengan usaha-usaha desa yang telah berhasil mengangkat potensi desa, membangun desa serta mengoptimalkan potensi desa wisata.

Namun belum secara total atau penuh karena memiliki masalah, salah satunya dalam bidang keuangan.

Biasanya masalah keuangan ini disebabkan karena alokasi anggaran dari pusat atau daerah sedikit karena status desa yang masih swakarya.

Oleh karena itu agar anggaran semakin meningkat, desa perlu mencari mitra-mitra strategis dalam meningkatkan skalanya menjadi desa swasembada. 

Pengurus-pengurus desa yang duduk menjadi perangkat desa maupun pengurus BUMDes dan BPD perlu duduk bersama dalam merencanakan pembangunan.

Musrembang tingkat desa atau Musyawarah desa dapat menjadi salah satu kanal untuk meningkatkan potensi-potensi yang perlu dikembangkan. 

Pengurus BUMDes, perangkat desa dan anggota BPD perlu meningkatkan softskill dalam pengelolaan desa. Salah satunya bisa mengikuti Training of Trainers (TOT) Pendamping BUMDes yang diadakan Bumdes.id. 

TOT ini bertujuan melatih perangkat desa dan pengurus BUMDes dalam memetakan potensi desa, menghubungkan dengan rantai pasok nasional, belajar langsung dari BUMDes-BUMDes sukses di Yogyakarta. Serta satu hal penting adalah mencari mitra-mitra strategis untuk mengembangkan diri. 

Selanjutnya, tahapan desa disebut sebagai contoh desa swakarya telah melewati status desa swadaya. Desa swadaya biasanya belum begitu baik dalam mengelola sumber dayanya.

Dapat dikatakan desa swadaya merupakan desa-desa di daerah tertinggal, minus, terisolir dan membutuhkan intervensi. 

Sementara tahapan dan contoh-contoh desa swakarya telah ditentukan dengan kriteria berhasil melewati status desa swadaya.

Desa swakarya dapat mengelola, mengoptimalkan dan memaksimalkan. Namun masih butuh sokongan pendanaan dari negara, pemerintah daerah maupun industri swasta. 

Pada posisi tinggal landas dari desa swakarya menjadi desa swasembada. BUMDes dapat memainkan peran pentingnya sebagai lembaga agregator dan wadah umkm desa. 

BUMDes dapat meningkatkan perannya untuk mengakselerasi pertumbuhan produk-produk unggulan desa. Karena status desa swakarya hanya memasok kebutuhan desa ke kota.

Misalnya dari Kabupaten Sleman ke Kota Yogyakarta. Untuk naik kelas menjadi desa swasembada, maka BUMDes dapat meningkat nilai tambah produk-produk yang dijual dari Sleman ke Yogyakarta. 

Misalnya BUMDes Amartha di Sleman yang menjual beras ke Kota Yogyakarta dan konsumen umum dengan melakukan pengemasan paket.

Jadi beras tidak hanya dijual dalam bentuk grosir. Beras grosir akan masuk ke jalur penjualan retail dan toko. Sementara pasar konsumen kelas menengah dan atas di kota tidak terjamah karena biasanya membeli beras kemasan.

BUMDes Amartha Pandowoharjo kemudian menginisiasi peningkatan nilai tambah beras dalam bentuk beras kemasan. Sehingga bisa masuk ke pasar-pasar kelas menengah dan tentu saja dapat dijual di supermarket kota.

Hal ini meningkatkan nilai tambah, menambah profit dan omset serta tentunya dapat memperbanyak channel-channel penjualan.

Selain contoh-contoh di atas, 5 contoh-contoh desa swakarya lainnya berfokus pada peningkatan pasokan bahan baku dengan penambahan kualitas.

Dari yang tadinya hanya memasok pekerja kasar ke kota, kini desa dapat berubah menjadi pemasok tenaga ahli, salah satunya dengan meningkatkan kualitas tenaga kerjanya. Desa swakarya yang tadinya menjadi mitra pasokan, naik kelas menjadi mitra kerjasama.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top