Ajang Reuni FE UGM, Rudy Suryanto Ajak Alumni Kembali ke Desa

Rudy Suryanto Diundang dalam Diskusi Reuni Perak FE UGM

Rudy Suryanto, Sekretaris Jenderal Forum Bumdes se-Indonesia yang juga Founder Bumdes.id merupakan alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Karir Rudy Suryanto selepas lulus dari Fakultas Ekonomi UGM dimulai dengan menjadi Asisten Peneliti di Pusat Antar Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada. PAU sendiri merupakan pusat studi milik UGM yang didalamnya terdapat banyak pusat-pusat studi dari berbagai bidang disiplin ilmu antara lain Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan, Pusat Studi Anti Korupsi, Pusat Studi Kedokteran Tropis, Pusat Studi Asia Tenggara dan berbagai pusat studi multidisiplin lainnya.

Selepas dari PAU UGM Rudy kemudian masuk ke dalam salah satu Top 5 Kantor Akuntan Publik Internasional di Jakarta hingga mencapai posisi Senior Auditor, Rudy kemudian juga menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan kemudian memperoleh Beasiswa AusAid Australia untuk melanjutkan studi di Australia dan menempuh sekolah doktoral di Malaysia.

Selain menjadi pengajar di perguruan tinggi, Rudy juga dikenal menjadi Konsultan dan pendiri perusahaan akuntansi bernama Syncore Consulting. “Dulu perusahaan ini sempat jadi guyonan sama teman-teman karena masih disambi sana-sini,” tutur Rudy kepada Indra, Host Reuni Perak FE UGM. Indra dan Rudy sendiri merupakan teman satu angkatan semasa menempuh kuliah di Program Studi Akuntansi UGM. Indra juga memberi kesaksian bahwa Syncore dulunya masih kecil dengan jumlah karyawan tidak lebih dari 5 orang sekarang membesar menjadi 80 orang. “Dulu waktu saya berkunjung ke Syncore masih 5 orang karyawannya ya,” tutur Indra.

Rudy Suryanto sendiri mengaku ide mendirikan Syncore berawal dari waktu luang yang cukup banyak sepulang dari Jakarta. Setelah dipanggil orang tua untuk kembali pulang ke Jogja, Rudy kemudian berusaha mengisi waktu luang ini dengan berkunjung ke perusahaan temannya. Dari sana kemudian Rudy mendapati ada hal-hal yang perlu diperbaiki dari sistem manajerial dan keuangan akuntansi di perusahan temannya. Ini menjadi langkah awal Rudy Suryanto kemudian mendirikan Syncore Consulting dan menangani klien pertama dengan nilai kontrak di atas 200 juta. Selain itu, dorongan-dorongan  dari mahasiswanya di UMY untuk mendirikan perusahaan konsultan agar bisa membantu mahasiswa mendapatkan tempat magang juga menjadi motivasi tambahan. “Mendirikan perusahaan itu bukan hanya sekedar mencari profit, tetapi lebih penting bisa membantu sesama atau memperluas kebermanfaatan, itu yang saya dapat dari dosen-dosen di UGM,” tutur Rudy.

Rudy juga bercerita bagaimana perjuangan awal-awal mendapatkan klien-klien Syncore dari rumah sakit dan puskesmas. “Bahkan ketika awal-awal mencari klien rumah sakit dan puskemas untuk kita tawari sistem akuntansi dan IT, kita harus mencari dan menyakinkan seorang klien tanpa dibayar,” tutur Rudy. Namun, perjuangan ini akhirnya membuahkan hasil. Setelah teruji secara profesionalitas, Syncore kemudian dipercaya menangani beberapa puskemas di Jawa Timur dan mendapat momentum dengan lahirnya BPJS Kesehatan. “Kelahiran BPJS Kesehatan mewajibkan Puskemas/Rumah Sakit berbentuk BLUD dengan sistem akuntansi yang memiliki laporan keuangan sehingga menjadi berkah bagi Syncore, sekarang klien kami sudah mencapai ribuan”, tambah Rudy.

Selain mendirikan Syncore Consulting, beberapa tahun terakhir Rudy juga dikenal sebagai pendiri Bumdes.id. Bumdes.id sendiri merupakan agregator dan konsultan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kini, Rudy terkenal menjadi mastermind dan penggagas ide-ide pengembangan desa dengan pendekatan-pendekatan multidisplin dan berpengalaman dalam mendampingi ribuan BUMDes untuk tumbuh berkembang di seantero Indonesia.

Namun, sama halnya dengan pendirian Syncore. Jalan panjang pendirian Bumdes.id juga tidak mudah. Rudy sempat berdiskusi dengan dosennya di UGM Profesor Sumodiningrat mengenai masa depan desa dan terpikir untuk mencangkokkan sistem teknologi informasi ke dalam lembaga desa. Bahkan Rudy sempat magang di Desa Panggungharjo Bantul selama setahun untuk memahami seluk beluk mengenai desa dan juga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Kebetulan Lurah Panggungharjo Bantul merupakan rekan kuliah yang  sama-sama kuliah di UGM, Namun berbeda jurusan yaitu Farmasi sehingga memudahkan Rudy untuk magang dan menimba ilmu di Panggungharjo Bantul.

Hasil dari menimba ilmu dan berdiskusi dengan dosen-dosennya di UGM kemudian mengarah pada satu rencana untuk mengundang Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ke UGM untuk menjadi pemateri. Di sela-sela acara tersebut Rudy berkesempatan untuk berdiskusi dengan dirjen Kementerian Desa dan mendapat penjelasan menyeluruh mengenai peraturan dan dasar hukum BUMDes sebagai lembaga yang baru saja berdiri di bawah Undang-Undang Desa kala itu. “Jadi dari penjelasan dirjen kemendes itulah saya mendapat pemahaman awal mengenai BUMDes,” cetus Rudy.

Menurut Rudy, BUMDes sebagai badan usaha milik desa kala itu masih dipandang setengah hati. Padahal banyak BUMDes-BUMDes yang setelah didampingi, ditata dan dikelola menunjukkan hasil yang memuaskan. Rudy menyebut mengenai BUMDes di Kemudo Klaten dan BUMDes di Desa Panggungharjo Sewon Bantul.  Bumdes.id sendiri berdiri setelah Rudy Suryanto banyak memberikan pelatihan-pelatihan di desa-desa dan pengembangan BUMDes, kemudian mengadakan Rembug Desa Nasional yang menghadirkan 1000 kepala desa sehingga terbentuklah komunitas Bumdes.

Komunitas-komunitas yang peduli dan aktif dalam mengelola BUMDes inilah yang memberikan inspirasi kepada Rudy Suryanto untuk mendirikan BUMDes dan membantu pengembangan ribuan BUMDes di seluruh Indonesia. “Banyak pihak terbantu dengan berdirinya Bumdes.id, seperti adanya desa-desa di pelosok yang berterima kasih karena berhasil mendirikan bumdes hanya dengan melihat tutorial kami di Youtube maupun di blog bumdes.id,” cetus Rudy.

Rudy sendiri beranggapan, kebangkitan ekonomi Indonesia bisa dimulai dari desa-desa, termasuk ketika masa pandemi ini. “bahkan kami di masa pandemi ini bisa melakukan scale up BUMDes secara online dengan melibatkan ribuan desa dan disponsori oleh perbankan,” tambah Rudy. Transisi dari era normal kemudian berpindah ke pandemi diakui Rudy sangat berat, perusahaan Syncore bahkan ikut tertekan dan berusaha melakukan terobosan. “Kami melakukan rapat dan membahas keuangan perusahaan, kemudian memutuskan untuk shifting bisnis,” tutup Rudy.

Kini, Bumdes.id maupun Syncore Consulting tetap bisa bertahan dan bertumbuh di era pandemi ini dengan melakukan banyak shifting bisnis ke arah digitalisasi. Pendampingan-pendampingan dilakukan secara blended antara online dan beberapa tatap muka, webinar-webinar dilakukan secara online dan berhasil melibatkan ribuan peserta dari desa-desa dan BUMDes seluruh Indonesia. Bumdes.id dan Syncore tetap tumbuh dan bahkan mempunyai karyawan mencapai 80 orang di tengah-tengah masa pandemi.

Video Podcast lengkap dapat dilihat disini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET