Scale Up Bumdes 2021 – Kolaborasi Kampus dan Industri
Scale Up atau peningkatan kapasitas usaha Bumdes penting paling tidak untuk tiga hal. Pertama desa saat ini berperan penting dalam ketahanan pangan dan percepatan pemulihan ekonomi di masa pandemi. Bumdes diharapkan menjadi lokomotif untuk mengolah potensi-potensi di desa, yang dimasa pandemi ini justru banyak mendapatkan momentum. Kedua, saat ini ada peningkatan pengangguran yang mencapai 2.56juta. Bumdes diharapkan dapat mengolah aset-aset yang idle untuk membuka lapangan kerja secara masif. Ketiga, ekonomi desa dan mikro terbukti lebih tahan dan terus bergerak di masa pandemi. Bagaimana Bumdes memerankan diri sebagai wadah, yaitu konsolidator produk-produk UMKM dan juga inkubator bagi peningkatan kualitas dan nilai tambah produk asli desa.
Upaya untuk scale up Bumdes ini bisa tercapai dengan tiga strategi mendasar, yaitu standarisasi, kolaborasi dan digitalisasi. Standarisasi Bumdes diperlukan agar pihak di dalam desa maupun di luar desa bisa percaya pada Bumdes. Upaya Standarisasi Bumdes ini saat ini tengah dilakukan lewat, penetapan Bumdes sebagai Badan Hukum. Konsekuensinya ada laporan-laporan secara berkala yang harus disiapkan dan diunggah ke Kemendes PDTT, sesuai yang diatur dalam Permendesa No3/2021. Artinya meskipun ada banyak peluang yang bisa digarap oleh Bumdes, tetapi ada tantangan-tantangan dan konsekuensi yang harus dikelola oleh Bumdes sekaligus.
Pada sisi lain, tidak kita pungkiri Bumdes masih dibelit oleh berbagai kendala. Tidak semua Bumdes jalan lenggang dan maju. Banyak yang masih harus berjibaku mendapatkan tambahan penyertaan modal dari Pemerintah Desa. Meskipun telah disebut dalam Permendesa No13/2020, bahwa prioritas pertama penggunaan dana desa adalah percepatan pemulihan ekonomi desa lewat revitalisasi Bumdes. Namun banyak Bumdes yang tahun ini tidak mendapatkan tambahan penyertaan modal, yang sangat mereka butuhkan. Selain permodalan, masalah lain yang membelit adalah ketersediaan SDM. Tantangan dan beban Bumdes semakin banyak, namun tidak diiringi perhatian atas peningkatan kesejahteraan dan kapasitas pengelola Bumdes. Akibatnya Bumdes seperti kapal yang keberatan muatan, dan dipaksa mengarungi laut yang dalam.
Masalah-masalah itu tidak bisa selesai kalau kita diam saja. Olehkarena perlu masing-masing pihak membuka diri untuk kolaborasi. Bumdes akan jadi raksasa kalau mau jalan bersama, dan akan terus pusing kalau jalan sendiri. Kampus dan Industri adalah dua pihak yang dipandang strategis untuk mendukung upaya Scale Up Bumdes. Kampus saat ini ‘dipaksa’ untuk keluar kandang, mencari mitra kolaborasi. Mahasiswa saat ini dituntut untuk belajar diluar kampus minimal tiga bulan sampai 2 semester. Bumdes dipandang strategis menjadi ruang belajar di lapangan. Bumdes sudah memiliki organisasi, status hukum, produk dan layanan, namun masih perlu banyak sentuhan disisi inovasi. Kampus sebagai gudang inovasi, merupakan mitra yang tepat untuk mendorong peningkatan kualitas dan akuntabilitas Bumdes. Pada sisi lain, dunia usaha saat ini juga semakin melirik Bumdes, karena sekali lagi, usaha-usaha yang masih bertahan dan jalan adalah usaha dibidang penyediaan kebutuhan pokok dan menyasar pasar mikro. Bumdes dipandang dunia usaha adalah mitra yang tepat untuk memperluas jaringan, baik pasar mapun penyediaan bahan baku.
Pertanyaannya siap tidak Bumdes?
Bumdes.id dengan berbagai mitra saat ini gencar melakukan strategi kolaborasi, standarisasi dan digitalisasi. Salah satu mitra program Bumdes.id adalah Bank BRI, bank terbesar di Indonesia yang fokus melayani keuangan mikro. BRI dengan Bumdes.id menggelar program Desa Brilian 2021, yang saat ini sudah masuk batch 2.
Desa anda masuk ke dalam program Desa Brilian 2021? Bisa anda cek langsung dengan registrasi di:
https://brilian.desacenter.id/login