Blog Bumdes.id

Bisakah Merk Produk BUMDes Mendunia?

Bumdes.id – Pada sesi branding digital dalam Deepening Desa BRILian tahun 2023 yang dibawakan Imam Syafii, Founder dan Direktur Satoeasa, konsultan digital marketing. Terdapat pertanyaan menarik dari salah satu peserta. Munawarah merupakan direktur BUMDes Panrita di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan yang tertarik mendalami branding untuk mengembangkan produk-produk unggulan desa.

Menurut Munawarah, pengurus BUMDes di daerahnya masih kebingungan dalam mempromosikan produk-produk unggulan desa yang menurutnya sangat banyak, misalnya saja dari Kabupaten Takalar memiliki produk daerah seperti kerajinan lontar dengan aneka rupa, kerajinan bambu dengan segala bentuk dan juga makanan khas. Lantas bagaimana BUMDes dan desa bisa mengembangkan daya saing produk jika produknya sendiri terlalu banyak? 

Menurut Imam Syafii, langkah sederhana bisa dilakukan BUMDes dan desa dengan fokus mengembangkan satu produk terlebih dahulu. Nantinya satu produk tersebut menjadi brand utama dari usaha yang besar (holding usaha). Akan tetapi jika BUMDes atau desa mampu menangani semua variasi produk untuk dikembangkan brandingnya, maka BUMDes perlu mengatur strategi yang baik. 

Imam Syafii menyampaikan salah satu contoh branding produk desa yang bagus dan bisa menjadi tahapan memenangkan persaingan ke tingkat nasional dan internasional adalah Kopi Warga Pangalengan. Kopi ini menurut Syafii lahir bukan cuma sekedar jualan kopi semata, tetapi dibangun dengan tahapan dan metode mengembangkan branding meningkatkan daya saing produk desa.

Kopi warga pangalengan atau biasa disebut dengan kopi warga dibangun dengan visi untuk mengedepankan pemberdayaan lahan-lahan non-produktif, memberdayakan petani kopi serta memberdayakan masyarakat sekitar untuk lebih melek dengan isu-isu lingkungan. Hal-hal seperti ini yang menurut Imam Syafii menjadi pembeda (diferensiasi) bagi produk lain. 

Selain itu, nilai lebih dari branding kopi warga pangalengan ini adalah memiliki keunikan tersendiri yang disebut “authentic onlyness value meaning belonging”. Keunikan ini menjadikan usaha kopi ini memiliki konteks peduli lingkungan ketimbang jualan kopi semata, yang lain jualan kopi, sementara ada juga yang FOMO karena adanya film filosofi kopi. Sementara nun jauh di daerah Pangalengan, terdapat usaha kopi yang berfokus pada pengembangan sosial. 

Imam Syafii menutup penjelasan materinya dengan sebuah analogi penting. Bahwa branding produk desa yang dapat mendunia bukan terletak pada promosi apa yang kita sampaikan. Akan tetapi apa yang kemudian ditangkap oleh pendengar dan publik tentang kopi kita yang akan menjadi branding terbaik.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam konteks Kopi Warga Pangalengan bahwa dengan terus-menerus mengedepankan keunikan kopi sebagai kampanye sosial, maka publik akan beropini bahwa kopi-kopi yang dibuat warga Pangalengan bukanlah kopi komersial yang cuman dibuat untuk sekedar dibeli, tetapi memiliki konteks dan tujuan lain. Itulah yang dinamakan branding. 

Dengan tahapan dan bentuk seperti di atas, maka langkah meningkatkan branding BUMDes untuk dikenal dunia dapat dengan mudah dikejar. 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top