Sebagaimana umumnya permasalahan di daerah pedesaan, minimnya akses terhadap lembaga keuangan seperti bank membuat masyarakat desa menggantungkan permodalan kredit terhadap rentenir. Sikap ketergantungan ini dalam jangka panjang membuat masalah ekonomi di pedesaan tidak kunjung terselesaikan, karena selain dibayang-bayangi bunga hutang yang cukup tinggi dari rentenir. Masyarakat pedesaan yang notabene berprofesi sebagai petani masih dibayang-bayangi ancaman gagal panen, serangan hama hingga kebutuhan-kebutuhan keluarga jangka pendek dan panjang seperti biaya anak sekolah hingga biaya hidup sehari-hari.
Masalah yang sama juga dialami oleh masyarakat Desa Manjapai di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Setiap masa panen tiba dan mengalami kegagalan panen kemudian kekurangan modal kerja, maka harapan satu-satunya untuk mendapatkan akses permodalan adalah melalui rentenir. Sekretaris BUMDes Manjapai, Muhammad Anzar memberi kesaksian. Petani di Manjapai yang mayoritas bercocok tanam jagung dan padi ini jika meminjam kepada rentenir uang sejumlah 2 juta rupiah, maka akan mengembalikan sebesar 3 juta rupiah. “Bunganya sangat tinggi,” keluh Anzar.
Permasalahan ini pelan-pelan terurai ketika Manjapai mendapat pendampingan dari BRI dan Bumdes.id untuk keluar dari cengkeraman rentenir berbunga tinggi. BUMDes Manjapai yang berfokus pada pengembangan sumber daya alam seperti pertanian palawija, perikanan tambak, perbengkelan, hingga wisata alam, wisata adat, dan agro wisata. Pelan-pelan mulai mengintegrasikan diri dengan program inklusi dan literasi keuangan dari Bank BRI.
Peran BRI dalam mengembangkan literasi keuangan di Manjapai ini cukup besar, BRI memberikan kredit usaha rakyat, membuka Agen BRILink serta memberikan edukasi mengenai transaksi digital. “Kami memecahkan telur sebagai pengguna KUR terbanyak,” tutur Anzar. Perpindahan dari rentenir ke KUR ini menjadi tanda bahwa masyarakat Desa Manjapai mulai melek keuangan dan bankable di hadapan perbankan.
Hadirnya Bank BRI dan tiga Agen BRILink di Desa Manjapai meningkatkan jumlah pinjaman dan transaksi keuangan di Desa Manjapai. Nasabah peminjam modal kerja naik dari angka 300 orang menjadi 400 orang. Selain itu transaksi melalui bank BRI dan agen-agen BRILink juga naik menjadi 200 transaksi setiap bulannya. Kenaikan ini ditopang semakin meningkatnya pemahaman masyarakat untuk mengenal lembaga perbankan lebih dalam.
BRILink sebagai ujung tombak edukasi dan literasi keuangan di Desa Manjapai juga memegang peranan penting. Menurut Parjono, Asisten Manager Pemasar Mikro BRI Manjapai, dua dari tiga Agen BRILink diarahkan untuk melayani transaksi umum. Sementara satu Agen BRILink diarahkan untuk melayani transaksi unit-unit usaha BUMDes Manjapai.
sumber berita: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4570741/musim-tanam-di-desa-manjapai-jadi-lebih-aman-sejak-ada-agen-brilink