Kelompok sadar wisata yang sering disebut Pokdarwis menjadi jembatan yang populer dalam membangun wisata daerah. Usaha tersebut didukung dengan membentuk Pokdarwis. Berbagai jenis Pokdarwis sudah banyak dibentuk dan digerakkan di banyak desa yang ada di Indonesia. Berbagai keuntungan yang ditawarkan dengan adanya Pokdarwis ini membuat orang-orang berpandangan maju untuk berbondong-bondong menyusun Pokdarwis. Selain memberikan keuntungan dari segi keuangan daerah, dengan adanya pemasukkan pendapatan wisata desa, keberadaan Pokdarwis juga dirasa mampu menjalin keharmonisan dan keselarasan kehidupan warga desa dan lingkungannya. Namun, apakah hal tersebut dapat dibuktikan? Atau hanya masih berupa hipotesa?
Acap kali pembangunan sarana dan prasarana desa dalam mendukung jalannya desa wisata tidak diiringi dengan kesadaran Pokdarwis. Sudah seharusnya warga desa menjaga kebersihan lingkungan dan mengantisipasi efek negatif dari perubahan lingkungan yang ditimbulkan. Misalnya, Pokdarwis berencana membangun gedung pertunjukkan atau vila di desanya sebagai tempat singgah para wisatawan yang berkunjung ke sana. Pembangunan gedung tersebut berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan alam sekitarnya.
Menurut Hunter (2000), interaksi antara penduduk dan lingkungan harus mempertimbangkan tiga variabel: 1) Variabel kependudukan (jumlah dan pertumbuhan, distribusi dan komposisi). 2) Variabel lingkungan (tanah, air dan udara). 3) Faktor antara yang meliputi teknologi, institusi dan kebijakan, faktor sosial dan kebudayaan.
Baca juga: BUMDes Maju Mandiri Sukses Kelola Goa Pindul
Secara individual maupun kelompok, respon dan adaptasi manusia terhadap lingkungan memiliki tiga tataran, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Ketiganya saling berkaitan namun tidak berjalan secara linier. Sebagai makhluk yang memiliki pengetahuan, manusia dapat bersikap membedakan antara mana yang baik dan salah, serta berperilaku sesuai moral, sehingga sudah seharusnya dapat merespon berbagai permasalahan yang ada di lingkungan.
Pada akhirnya, hal ini dapat menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan bersama yaitu air, tanah, dan udara yang bersih. Output ini akan menguntungkan seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Jangan hanya meminta pada alam, namun berusaha untuk memikirkan hal-hal yang dapat dilakukan untuk lingkungan. Budaya dan tradisi juga perlu dijaga sebagai bentuk interaksi antara manusia dan lingkungan. (irma/bumdes.id)