35 Perguruan Tinggi se-Indonesia Bersatu Melahirkan Asosiasi Akademisi Desa dan BUMDes (AADB)

Desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mendapatkan kekuatan baru nan besar. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 35 akademisi dari berbagai perguruan tinggi ternama di seluruh Indonesia mendirikan Asosiasi Akademisi Desa dan BUMDes (AADB).

Secara resmi AADB menyatakan dirinya berdiri pada Sabtu, 30 Maret 2019 lalu di Gedung Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) Yogyakarta. Keputusan itu lahir dari Musyawarah Nasional Asosiasi Akademisi Desa dan BUMDes (AADB). Ini adalah Musyawarah Nasional AADB yang pertama sekaligus menandai lahirnya organisasi kumpulan para pakar ini.

Sebelum Musyawarah Nasional ini digelar, ratusan akademisi dari seluruh Indonesia telah bertemu di tempat yang sama membahas pentingnya para akademisi turun ke desa membantu warga desa di seluruh Indonesia membangun kesejahteraannya. Mengingat masih adanya berbagai keterbatasan desa di berbagai belahan wilayah nusantara.

Ini adalah pertemuan kedua setelah sebulan sebelumnya lebih dari seratus akademisi menggodok berbagai analisa sekaligus langkah membangun asosiasi di gedung yang sama.

Dalam acara yang suasananya penuh semangat ini lahir kesepakatan mengenai pengurus pusat AADB. Susunan pengurus ini masih akan terus dilengkapi karena AADB direncakan akan pula berdiri pada setiap provinsi di seluruh Indonesia. Berikut ini susunan pengurus AADB sebagaimana hasil kesepakatan Musyawarah Nasional.

PEMBINA                               :

DEWAN PENASEHAT            : Rahmadi Murwanto, Ak., M.Acc., Ph.D (Direktur PKN STAN)

Ketua Umum                           : Prof Gunawan Sumodiningrat, M. Ec (UGM)

Wakil Ketua 1                          : Prof Intiyas Utami (UKSW)

Wakil Ketua 2                          : Tri Wahyu Nugroho, S.P., M. Si (UNIBRAW)

Sekretaris Jenderal                : Rudy Suryanto, SE., M. Acc, Ak., CA (UMY)

Wakil Sekretaris                      : Dr. Rahab (UNSOED)

Bendahara Umum                   : Ersa Triwahyuni, Ph. D (UNPAD)

Wakil Bendahara                      : Diana Septi Astiartawardani (SYNCORE)

Ketua Bidang Penelitian          : Dr. Irawan (Univ Palangkaraya)

Sekretaris Bidang                     : Dr. Prawidya (UMSU)

Ketua Bidang Pengabdian       : Prof. Irwan Effendi (UNILA)

Sekretaris Bidang                     : Dr Tanda (PKN STAN)

Ketua Bidang Publikasi           : Dr. R. Achmad Buchori (UNPAD)

Sekretaris Bidang                     : Muliadi Palesangi (PRASETYAMULYA)

Ketua Bidang Kerjasama         : Dr Andi Desfiandi (IIB DARMAJAYA LAMPUNG)

Sekretaris Bidang                     : Ali Sofwan (UNISNU JEPARA)

Para pengurus terpilih adalah para akademisi yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya mendorong desa mengembangkan berbagai potensi khusunya di bidang ekonomi. Sosok Ketua Umum Prof. R. M. Gunawan Sumodiningrat, M. Ec., Ph. D, sudah tidak diragukan lagi kepakarannya.

Prof. Gun, demikian biasa disapa, adalah ilmuan sekaligus pegiat ekonomi perdesaan dan menjadikan pemberdayaan ekonomi desa dan kalangan ekonomi kelas bawah sebagai bidang kajian yang ditekuninya selama ini. Berbagai buku mengenai ekonomi perdesaan telah lahir dari Profesor UGM ini.

Prof Intiyas Utami bukan pula nama asing. Selain aktif mengajar di kampus, Akademisi dari UKSW Salatiga ini juga aktif mendorong ekonomi desa dengan menciptakan program desa binaan. Rudi Suryanto apalagi, selain mendirikan Bumdes.id, Rudi juga sangat aktif mengunjungi berbagai daerah di Indonesia, memenuhi berbagai undangan pembicara mengenai pengembangan ekonomi desa.

Rudi yang juga Senior Consultant di Syncore Indonesia ini juga melahirkan berbagai gagasan mengenai gerakan pengembangan ekonomi desa melalui Pelatihan, Workshop dan beragam program pemberdayaan anak muda desa. Rudi sangat concern mendorong anak-anak muda desa menjadi penggerak ekonomi desanya.

Ada banyak temuan dalam setiap Rapat Komisi. Seperti Komisi I Bidang Penelitian. Komisi beranggotakan delapan akademisi ini merumuskan, harus dilakukan penguatan kelembagaan BUMDes dan mendorong lahirnya BUMDes Bersama. Sehingga antardesa bisa melakukan peran sebagai supplier produk tertentu bagi desa lainnya. Komisi ini menyatakan, perlu sebuah pendekatan penelitian yang berbasis karakter sosial budaya.

Komisi II Bidang Pengabdian dipimpin Prof. Dr. Ir. Irwan Efendi, MS, mengidentifikasi persoalan desa. Hingga saat ini sebagian besar desa belum menguasai filosofi BUMDes. Akibatnya pengelolaan BUMDes belum maksimal utamanya pada pengelolaan keuangan BUMDes.

Komisi ini juga menemukan fakta bahwa selama ini peran akademisi dan kampus dalam mendorong ekonomi desa melalui BUMDes masih sangat kecil dan lemah. Maka kampus-kampus di Indonesia harus terus didorong untuk mengambil peran strategis pada program pembangunan ekonomi desa dan BUMDes. AADB adalah salah satu langkah besar yang sangat penting.

Komisi ini juga merekomendasikan agar Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Lembaga Pengabdian dan Penelitian di Kampus memasukkan Desa dan BUMDes menjadi kajian prioritas dalam program mereka.

Komisi III yang membawahi topik Publikasi dan Jurnal merumuskan beberapa masalah penting yakni mengenai kelembagaan yang berkenaan dengan desa. Komisi ini mengkaji mengenai kaitan kepengurusan AADB, apakah akan dibentuk menjadi forum atau organisasi. Juga mengangkat pentingnya masalah kesekretariatan yang berkenaan dengan kegiatan AADB, pendanaan dan sebagainya.

Komisi ini merumuskan beberapa langkah ke depan bagi AADB adalah menggelar Seminar bertema Mengembangkan BUMDes.

Tahun pertama mengadakan seminar dengan tema Mengembangkan BUMDes sebagai Pilar Ekonomi Berbasis Desa, pada tahun pertama. Tahun kedua Call of Paper yakni mengumpulkan artikel-artikel yang kemudian akan diseleksi untuk diterbitkan sebagai jurnal dan pada akhirnya akan lahir sebagai buku-buku dan jurnal ilmiah. Komisi ini juga mengusulkan lahirnya media khusus yang akan menjalankan fungsi publikasi dan pusat informasi mengenai tema pembangunan desa pada AADB.

Komisi IV yang membahas Kerjasama, Kemitraan dan Inovasi melahirkan beberapa hasil diskusi pada komisinya yakni pada sebagian besar desa masih menghadapi masalah kelembagaan yang belum terkelola dengan baik, kualitas SDM yang masih rendah dan lemahnya koneksivitas sehingga desa-desa yang memiliki komoditas unggul belum bisa memenuhi permintaan pasar yang sebenarnya sangat potensial.

Komisi ini melahirkan beberapa rencana program yakni membangun kembatan agar Desa dan BUMDes bisa bekerjasama dengan berbagai lembaga kompeten sesuai kebutuhan Desa dan BUMDes. Juga menggagas lahirnya program pembinaan dan tata kelola dan administrasi Desa dan BUMDes.

Peningkatan kapasitas SDM adalah tema penting yang harus digenjot. Desa dan BUMDes harus mendapatkan dukungan berbagai lembaga yang kompeten untuk meningkatkan kapasitas SDM mereka melalui berbagai program. Program ketiga adalah penguatan akses pasar dan literasi keuangan bagi Desa dan BUMDes.

Itulah berbagai hal yang lahir dalam Munas AADB yang digelar di FEB UGM, Sabtu lalu. Berkumpulnya akademisi untuk mendorong pengembangan ekonomi desa adalah sebuah langkah besar karena hingga saat ini kiprah kampus dalam tema pembangunan desa dan BUMDes masih dianggap kecil.Maka AADB adalah sebuah langkah mula bagi lahirnya berbagai inovasi dan peningkatan kekuatan desa menjawab berbagai tantangan jaman dan mampu memanfaatkan potensi desanya masing-masing sebagai modal dan asset menciptakan kesejahteraan seluruh warga. Selamat Datang AADB, Bravo Desa! (aryadji/bumdes.id)

2 Komentar

  1. Menginspirasi ilmuan (akademisi) tidak hanya teori tapi karya nyatanya, keterterapan ilmu lebih penting dan berguna untuk membangun indobesia dari Desa menjadi negara yang kuat fondasi ekonominya. Bravo !! 👍

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET