Kabupaten Tulungagung memiliki 257 Desa dengan potensi yang sangat beragam. Mayoritas sudah mendirikan Bumdes dengan kondisi 65 maju, 90 berkembang dan sisanya rintisan.
Founder Bumdes id, Rudy Suryanto, berkesempatan untuk hadir langsung dan berdialog dengan Forum Bumdes. Beberapa permasalahan diangkat dan dibahas dalam diskusi hangat,ditemani berbagai kudapan di Nangkula Park. Nangkula Park adalah obyek wisata desa yang dikelola oleh Bumdes Larasati Desa Kendalbulur, Tulungagung.
Turut hadir dalam anjang sana adalah Pak Wahyu dari DPMD Kab Tulungagung, Pak Anang Mustofa Kepala Desa Kendalbulur dan inisiator Nangkula Park, Pak Joko dari Bumdes Ngudiharjo sekaligus Ketua Forum Bumdes Tulungagung, Ibu Elly dari Bumdes Bangoan dan beberapa pengurus Bumdes lainnya. Pertemuan dilaksanakan ditempat terbuka dengan tetap menjaga prokes.
Obyek wisata Nangkula Park merupakan obyek wisata buatan. hasil kreativitas warga dan Bumdes di bawah arahan Kepala Desa Anang Mustafa. Pak Anang masih muda dan penuh ide-ide kreatif untuk mengembangkan ekonomi desa. Saat ini sudah mampu menyerap 43 tenaga kerja dan pada akhir pekan rata-rata dikunjungi 1000 sd 2000 orang.
Nah bagaimana kita bisa mereplikasi kesuksesan Nangkula Park, di desa-desa lain, khususnya di Tulungagung.
Perlu diperhatikan bahwa saat ini Bumdes menghadapi 5 Tantangan, yaitu masalah kelembagaan, model bisnis, tata kelola manajemen, pengelolaan sumberdaya dan pengendalian. Salah satu bahasan terkini saat ini adalah pengurusan Sertifikat Badan Hukum Bumdes. Hal ini sangat penting, namun hal itu baru menjawab satu dari 5 masalah Bumdes.
Dialog dan dikusi kami siang itu di Nangkula Park, mencoba menggali potensi dan bertukar pikiran mengenai Bisnis apa yang masih prospek di masa pandemi, selain wisata.
Wisata Desa memang masih tetap jalan di masa pandemi, tetapi perlu dipahami tidak semua desa bisa jadi Desa Wisata. Mengelola wisata tidak hanya perlu obyek wisata saja, namun banyak hal lain yang harus disiapkan. Upaya persiapan itu disamping butuh dana yang tidak sedikit, juga perlu kesiapan SDM. Pada sisi lain masih banyak potensi desa belum tergaral optimal.
Apa saja sih potensi yang masih bisa jalan di masa pandemi?
Ada yang mengelola usaha kambing, tidak dengan sistem koloni tetapi dititip di rumah warga. Lewat hitung-hitungan cermat diperlukan kurang lebih 240 kambing, agar setiap 2 hari lahir anak kambing dan bisa digulirkan secara merata.
Ada juga potensi untuk korporatisasi UMKM, yaitu Bumdes jadi konsolidator produk-produk UMKM desa. BUMDES membantu mengurus sertifikasi, mencari jaringan pemasaran dan digitalisasi. Lebih dahsyat lagi kalau ada kemitraan dengan jejaring pasar modern dan industri atau kampus.
Ada juga usaha jasa cleaning service, customer service dan delivery.
Banyak hal yang kita diskusikan siang itu di Nangkula Park. Semoga jadi awal semangat untuk kebangkitan ekonomi Indonesia dari desa.
Saatnya Jalan bersama, bukan jalan sendiri-sendiri
Terus Bergerak