Ekowisata Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Desa Detusuko Barat

Ekowisata Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Desa Detusuko Barat

Pembangunan desa dan pendirian BUMDes tidak terpisahkan dari potensi lokal desa. 

Jika desa mampu memetakan potensi dan faktor unggulan yang ada, maka mudah untuk merancang strategi pembangunan dalam jangka panjang. 

Pemetaan potensi ini akan memudahkan pengurus BUMDes dan juga perangkat desa dalam mengoptimalkan pengembangan produk-produk unggulan desa.

Hal ini juga untuk membangun ekosistem desa berbasis kearifan lokal. 

Bumdes.id menghadirkan webinar strategi membangun ekowisata desa berbasis kearifan lokal,

Webinar ini menghadirkan Kepala Desa Detusuko Barat, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Webinar ini bertujuan memberikan wawasan dan inspirasi bagi pengurus BUMDes dalam menghadirkan pengembangan potensi desa secara kreatif. 

Bagi BUMDes, pengembangan potensi desa tidak hanya sebatas membentuk produk-produk baru.

Tetapi juga bisa mengembangkan potensi yang sudah ada seperti destinasi wisata dan juga desa wisata. 

Selain itu, BUMDes juga dapat mengintegrasikan potensi yang telah ada dengan produk baru dalam sebuah ekosistem wisata berbasis kearifan lokal.

Seperti yang telah diterapkan di Desa Detusuko Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. 

Kepala Desa Detusuko Ferdinandus Watu menyampaikan bahwa ekosistem ketahanan pangan desa perlu dimulai dari prinsip pentingnya melakukan diversifikasi pangan (keanekaragaman pangan). 

Ferdinandus mencontohkan dari penerjemahan visi misi bupati Ende mengenai semakin lokalitas semakin perlu berpihak kepada pangan lokal.

Ferdinandus mencontohkan sistem ketahanan pangan leluhur Ende dari Suku Lio mengenai peta skema penanaman pangan dari lingkaran luar.

Skema ini bisa dari mentimun labu besi hingga ke lingkaran dalam jagung kacang panjang dan baru paling terlindungi adalah padi dan sorgum. 

Kearifan lokal ini mampu membentengi sistem ketahanan pangan Desa Detusuko. 

Kenapa demikian karena sistem ini terbukti tahan terhadapa serangan hama. Ferdinandus mencontohkan bahwa sistem penanaman tersebut melindungi padi dari serangan burung. 

“Burung akan makan sorgum karena lebih tinggi, sehingga padi yang lebih rendah akan terlindungi. 

Sementara padi akan aman dari serangan hama wereng dan tikus karena dari bagian luar mereka akan bertemu dengan mentimun dan labu besi, sehingga padi akan tetap aman sampai panen”, demikian paparan Ferdinandu Watu dalam webinar. 

Untuk menonton ulasan video Webinar BUMDes 2022 mengenai Ekosistem Digital Ketahanan Pangan Desa dapat dilihat di link berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=NbiD-4ohV7Y 

Jika ingin mengikuti pelatihan Training of Trainers (TOT) Pendamping Bumdes, peserta akan mendapatkan materi mengenai pemetaan potensi bentang desa mulai dari memetakan bentang fisik desa, bentang alam, bentang sumber daya manusia hingga menerjemahkan dalam kertas kerja berbentuk analisis SWOT dan juga Business Model Canvas (BMC). 

Selain itu peserta akan mendapatkan materi menyusun SOP pemetaan usaha mulai dari merencanakan, menyusun strategi pengembangan hingga SOP penyusunan laporan keuangan BUMDes. 

Materi ini akan bermanfaat dalam membangun ekosistem wisata secara paripurna baik mulai dari hulu (memetakan potensi) sampai dengan hilir (menyusun rencana usaha dan sistem keuangan). 

Bagi pembaca yang berminat mengikuti TOT dapat menghubungi Tim Sekretariat Bumdes di nomor: 0878-0590-0800 atau 0812-2719-5090.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET