Kepala Desa se-Kecamatan Kao Halmahera Utara Belajar Pengelolaan BUMDes di Jogja (Part II)

Memasuki hari kedua Pelatihan Penguatan Kapasitas Pengelolaan BUMDes Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, peserta tampak semangat untuk mengikuti pelatihan kembali di Ruang Tengah Syncore, Yogyakarta (26 April 2019). Pada sesi pertama, peserta disuguhkan materi perihal pemetaan bentang. Surya Niti Hapsara, SE selaku narasumber pemetaan bentang memaparkan tentang studi kelayakan usaha yang dilatarbelakangi oleh pemetaan bentang di desa tempat BUMDes berada.

Dengan potensi buah kelapa, cokelat, dan wisata laut yang ada di Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, sudah tentu ketiga potensi usaha tersebut masuk dalam 5 (lima) klaster usaha BUMDes, yaitu bisnis sosial, wisata desa, pengolahan prukades, perdagangan, dan jasa. Sebelumnya, peserta pelatihan yang terdiri dari Kepala Desa se-Kecamatan Kao ini berencana membuat BUMDes Bersama dengan unit usaha pengolahan buah kelapa. Adapun produk dari buah kelapa yang direncanakan untuk dijalankan BUMDes Bersama antara lain minyak, VCO, kopra, arang, dan sapu.

Seperti penuturan Surya, unit usaha BUMDes didirikan bisa berdasarkan potensi ataupun problem. BUMDes diusahakan membuat program atau unit usaha sesuai denga nisi RPJMDes desanya. Tujuan BUMDes didirikan ialah untuk meningkatkan perekonomian desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Ketika BUMDes membuat satu unit usaha, maka harus sinkron dengan tujuan BUMDes. Jangan sampai berdirinya BUMDes digunakan sebagai senjata untuk mendapatkan bantuan dari perusahaan. Hal seperti inilah yang seharusnya diluruskan. Oleh karena itu, unit usaha harus didirikan berdasarkan tujuan BUMDes. Sehingga manfaat unit usaha ini akan berdampak baik ke masyarakat, khususnya pada perekonomian masyarakat desa, dan unit usaha BUMDes ini diharapkan dapat membantu RPJMDes dari Kepala Desa.

Selanjutnya, Surya mengajak semua peserta pelatihan untuk menemukan potensi dan problem di desanya masing-masing dengan cara menggambar peta desa asal dan melakukan pemetaan bentang untuk kemudian dianalisa melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). Pemetaan bentang ini terdiri dari: Pertama, bentang alam dilihat berdasarkan aspek topografi (letak wilayah, bentuk rupa muka bumi, luas wilayah, dan batas wilayah), aspek non biotik (kondisi tanah, kondisi perairan, dan kondisi iklim), dan aspek biotik (jumlah penduduk, keragaman flora dan fauna).

Kedua, bentang sosial budaya dilihat berdasarkan peran aktor kelembagaan sosial dan politik lokal, nilai budaya setempat, dan seni tradisi lokal. Ketiga, bentang ekonomi dilihat berdasarkan kondisi ekonomi masyarakat, dampak usaha bagi perekonomian masyarakat sekitar, trend pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir, dan faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

Keempat, bentang teknologi dilihat berdasarkan sumber energi yang tersedia, cara masyarakat memenuhi kebutuhan energi tersebut, tersedia atau tidaknya teknologi pengolahan pasca panen, tersedia atau tidaknya bengkel inovasi teknologi tepat guna, dan ada tidaknya sinyal atau jaringan internet untuk promosi via media sosial.

Kelima, bentang Sumber Daya Manusia (SDM) dilihat berdasarkan SDM yang mempunyai kompetensi dalam bidang teknis seperti mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen dan rekayasa sosial. Keenam, bentang infrastruktur dilihat berdasarkan kondisi jalan di desa dan terdapat atau tidaknya sarana-prasarana di desa.

Setelah diberikan materi, peserta pelatihan diinstruksikan untuk mengerjakan kertas kerja pemetaan bentang dan menentukan unit usaha BUMDes berdasarkan hasil pemetaan bentang. Kemudian, setelah ditentukan satu unit usaha yang dianggap prospek, selanjutnya potensi usaha tersebut dianalisa melalui analisis SWOT serta dibuatkan proyeksi biaya dan pendapatan per tahunnya untuk mengetahui kelayakan usahanya. Dalam proses ini, peserta pelatihan dipandu oleh Surya dan juga pendamping dari Tim Bumdes.id.

Selain itu, Surya memaparkan, proses bisnis produk BUMDes harus memiliki nilai tambah, memiliki proses produksi yang terstruktur baik, dan memiliki pasar untuk menjual produknya. Sesuai dengan logika bisnis, untuk meningkatkan pendapatan secara efektif, maka harus memperhatikan pelayanan yang berkualitas, SDM yang baik, sistem manajemen yang baik seperti kelembagaan yang kuat dan teknis operasional yang baik, serta sarana dan prasarana yang baik

Setelah pemetaan bentang selesai, selanjutnya peserta pelatihan diberikan materi tentang Menyusun Rencana Usaha dan Analisa Keuangan oleh Agnes Alfiyanti Rochmatin. Selain itu, Agnes juga memaparkan perihal Penyusunan Rencana Strategis BUMDes dengan menampilkan draft rencana strategis BUMDes. Tidak hanya itu, Agnes juga memberikan showing aplikasiSistem Aplikasi Akuntansi BUMDes (SAAB) dan demo input SAAB.

Jadi, sebagai bentuk tindak lanjut, perlu adanya kejelasan antara BUMDes Bersama dan BUMDes di desa masing-masing terkait peranan dan pembagian tugas agar tidak tumpang tindih. Sehingga baik BUMDes Bersama maupun BUMDes pribadi tiap desa dapat menjalankan proses bisnisnya dengan baik dan terstruktur rapi.

Mau tahu lebih lanjut cara pemetaan potensi dan masalah menjadi usaha BUMDes? Mau Belajar Pengelolaan BUMDes? Ayo kunjungi Sekolah BUMDes, yang mana Sahabat BUMDes akan mendapatkan materi perihal usaha BUMDes dan juga Cek Kesehatan Usaha (CKU) BUMDes. Selain itu, Sahabat BUMDes juga bisa melakukan kunjungan ke BUMDes-BUMDes terbaik di Jogjakarta bersama Bumdes ID sehingga bisa mengadopsi berbagai ilmu dari BUMDes-BUMDes tersebut dan transfer ilmu serta mampu menerapkannya di BUMDes masing-masing. Informasi pendaftaran Sekolah BUMDes lebih lanjut silakan hubungi nomor 0857 72 900 800. (Ayuresti/Bumdes.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET