Memilih Ide Bisnis BUMDes, Ini Tipsnya!

Pada pelaksanaan Training of Trainer (TOT) Pendamping BUMDes Angkatan 19 yang diselenggarakan tanggal 30 September sampai 2 Oktober 2019 di Sekolah BUMDes, peserta TOT diberikan berbagai materi terkait mengelola BUMDes dan juga bagaimana cara memilih usaha BUMDes.

Hari pertama TOT, Kepala Desa Panggungharjo, yakni Wahyudi Anggoro Hadi menjelaskan perihal mengelola BUMDes yang baik dan benar. Salah satunya Wahyudi menekankan pada peserta untuk berpikir liar dalam memilih bisnis. Pada dasarnya, dalam memilih bisnis tidak ada batasan apapun, karena yang namanya ide tidak dapat dibatasi. Terlepas dari melanggar hukum atau norma yang berlaku, ketika memilih “ide” bisnis kita dibebaskan untuk memilih ide bisnis apapun. Setelah beberapa ide bisnis ini telah terkumpul, barulah kita mulai memetakan apakah bisnis ini dapat dijalankan atau tidak dapat dijalankan karena melanggar kode etik atau karena beberapa alasan lainnya dilihat dari segi legal formal, passion, bisnis dan pasarnya.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memilih ide bisnis. Sebelum memilih atau menentukan ide bisnis, maka kita dituntut untuk memiliki cara berpikir seorang entrepreneur. Seperti apakah cara berpikir seorang entrepreneur? Berikut ini penjelasannya!

1. How to opportunity

Seorang pengusaha harus memiliki cara berpikir yang liar yakni dengan mengutamakan kemampuan otak kanan. Jika dalam menentukan ide bisnis kita sudah memikirkan perihal “apakah usaha ini akan untung?”, “siapa yang akan membeli produk ini?”, “rugi nggak ya?”, maka dipastikan kita akan stuck pada pembuatan ide bisnis dan itu akan membatasi otak kita dalam menemukan ide bisnis. Biarkan otak kanan kita berpikir liar dalam menentukan ide bisnis untuk BUMDes. ketika ide bisnis sudah terkumpul barulah kita mempertimbangkan tiap ide bisnis tersebut dengan melihat dan menganalisisnya melalui aspek legal formal, passion, bisnis dan pasarnya.

2. Inovasi (otak kanan)

Ketika ide bisnis ini sudah dibuat, maka kita tinggal memberikan sentuhan inovasi. Jika kita punya ide bisnis bahwa BUMDes ini akan membuka usaha produk kacang kulit (yang masih ada cangkangnya), maka BUMDes harus mempunyai inovasi agar usaha BUMDes yang dijalankan ini memiliki value atau service yang berbeda dari produk kacang tanah pada umumnya. Misal, kemasan kacang kulit bercangkakng ini dikemas dengan inovasi dua kemasan, ada kemasan di mana bungkusnya memiliki dua ruang, yakni ada ruang untuk wadah kacang yang belum terkupas dan ada ruang kosong yang mana diperuntukkan untuk tempat sampah cangkang kacang. Inovasi yang unik dan ramah lingkungan bukan?

3. Resiko

Dalam perihal resiko, di sini sepenuhnya menggunakan aspek analitik. Dalam melakukan analisa, kita sepenuhnya menggunakan otak kiri. Barulah di sini kita menganalisa apakah ide bisnis yang nantinya akan dijalankan ini layak atau tidak untuk dijalankan dengan melihat aspek legal formal, passion, bisnis dan pasarnya. Semisal ide bisnis ternak babi. Apakah ketika itu dilakukan di lingkungan muslim dapat diterima? Kita perlu melihat nilai norma yang berlaku di lingkungan BUMDes berada.

Dengan demikian, dalam memilih ide bisnis ini kita dituntut untuk berpikir liar dan gila, namun juga harus melihat legal formal, passion, bisnis dan pasar yang ada di desa. (Ayuresti/Bumdes.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET