Pemetaan Pendampingan Usaha Bumdes

Pemetaan Pendampingan Usaha Bumdes

Pentingnya Business model canvas bagi BUM Desa untuk memberikan gambaran terkait dengan bisnis yang akan dijalankan. 

Inovasi bisnis merupakan upaya yang dilakukan BUM Desa dalam mengembangkan struktur dan mekanisme baru dalam memberikan nilai kepada pelanggan. Perlu diketahui bahwa Inovasi model bisnis memiliki beberapa tujuan berikut, antara lain:

Value Creation Bumdes

Value creation adalah proses menambah nilai pada suatu produk atau jasa melalui berbagai cara. Dalam konteks Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), value creation dapat terjadi melalui berbagai cara seperti:

Menambah nilai produk dengan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan. Contohnya, dengan meningkatkan mutu bahan baku atau proses produksi, BUMDes dapat meningkatkan harga jual produknya.

Menambah nilai produk dengan menciptakan produk baru yang lebih bernilai. Misalnya, BUMDes yang sebelumnya hanya menjual produk pertanian seperti sayur-sayuran, dapat menciptakan produk olahan seperti kecap atau saus dari bahan pertanian tersebut.

Menambah nilai produk dengan meningkatkan layanan yang diberikan kepada pelanggan. Misalnya, BUMDes yang menjual produk makanan dapat meningkatkan layanan dengan menambah pilihan menu atau menyediakan layanan pesan antar.

Menambah nilai produk dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas proses produksi. Contohnya, BUMDes dapat menggunakan teknologi atau sistem manajemen yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan.

Menambah nilai produk dengan menciptakan nilai tambahan bagi pelanggan. Misalnya, BUMDes dapat menambahkan layanan pelatihan atau konsultasi bagi pelanggannya, sehingga pelanggan merasa mendapat manfaat lebih dari produk yang dibeli.

Membangun Competitiveness

Suatu keadaan ketika BUM Desa memiliki penawaran yang tidak dimiliki oleh pesaingnya Business Model Canvas atau biasa disebut BMC adalah sebuah tools yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder yang dipopulerkan melalui bukunya Business Model Generation

BMC dikembangkan untuk membantu BUM Desa dalam memetakan dan melakukan analisis terhadap model bisnis mereka. Konsepnya adalah bagaimana menurunkan konsep bisnis ke dalam elemen-elemen bisnis yang ada di BUM Desa. 

Potensi yang ada di desa dapat berupa Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber dana membuat desa harus memikirkan bagaimana cara mengembangkan desa melalui gerakan ekonomi kerakyatan (Siswanto, 2015). 

Karena itu pertumbuhan ekonomi di desa harus didorong dengan kewirausahaan, maka solusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di desa yaitu menciptakan wirausaha desa atau Desapreneur melalui pemanfaatan SDM yang ada pada pengelolaan usaha BUMDess. 

Desapreneur menjadi salah satu solusi dalam memanfaatkan seluruh potensi desa yang dimiliki. Business Model Canvas atau BMC memiliki model bisnis yang terstruktur dan jelas sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus Bumdes dalam menentukan konsep bisnisnya. 

BMC ini berbeda dengan perencanaan bisnis, dimana perencanaan bisnis cenderung merumuskan urutan bisnis, seperti deskripsi, jenis konsumen, persaingan, dan fasilitas untuk mendukung bisnis (Abd Rahman dan A. Ifayani, 2016). 

Sementara BMC merupakan konsep yang menyederhanakan konsep bisnis yang digambarkan dalam satu lembar kertas kerja, dan konsep Business Model Canvas ini terdiri dari 9 elemen

Hal tersebut dapat diwujudkan dengan merancang elemen-elemen tersebut supaya bisa padu dalam menghasilkan profit. Beberapa elemen-elemen yang ada di BMC:

  • Customer Segment
  • Value Proposition 
  • Distribusi / Channel
  • Customer Relationship
  • Revenue Streams
  • Key Activities
  • Key Resource
  • Key Partner
  • Cost Structure

Kegiatan pendampingan penyusunan BMC berdasarkan potensi pengembangan yang ada dimasing-masing desa dapat dilihat pada Gambar 1 untuk peserta dari desa Penggunaan model bisnis dengan konsep BMC ini terdiri sembilan elemen (Ida, 2021; Ratih & Mokh, 2019), karena potensi desa betul-betul harus digali agar dapat menentukan value bisnis yang menjadi ciri khas setiap desa

Secara umum hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa peserta telah mampu membuat peta rencana bisnisnya sesuai potensi desa masing masing sesuai model BMC dengan 9 elemen yang strategis, mulai dari: 

(a) dapat membedakan segmen target berdasarkan tingkat ekonomi, umur, komunitas dan perilaku khusus; 

(b) mampu menjelaskan dan merumuskan perbedaan dalam value proposition dari aspek nilai tambah apa yang bisa ditawarkan ke pelanggan, apa permasalahan pelanggan yang dapat diselesaikan, dan apa kebutuhan pelanggan yang akan disiapkan; 

(c) mampu merumuskan strategi cara menjangkau pelanggannya, seperti menentukan saluran distribusi yang berbeda dengan segmen lain, dapat membedakan saluran yang cost efficient dan proses pengintegrasiannya; 

(d) mampu menjelaskan perbedaan dalam customer relationship dengan tiga cara, yaitu customer acquisition, customer retention, upselling; 

(e) mampu memetakan perbedaan antara transaction revenue dan recurring revenue pada revenue stream; 

(f) mampu memetakan sumber daya utama pada berbagai jenis model bisnis dan mampu mengkategorikan key resources berdasarkan rancangan produksi, solusi permasalahan dan jaringan/platform; dan pada key partnership sudah mampu membedakan model bisnis antara aliansi strategis, competition, usaha patungan serta hubungan antara pembeli dan pemasok; 

(g) mampu membedakan struktur biaya antara cost driven dan value driven.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET