Saatnya Pengurus BUMDes Studi Tiru

BUMDES.ID – Berbagai kisah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) sukses terus berdatangan dari berbagai daerah. Tentu hal ini membuktikan, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan kebangkitan ekonomi dari desa bukanlah hal yang susah untuk diwujudkan. Melalui mekanisme BUM Desa, peningkatan kesejahteraan ekonomi desa bukan hal yang mustahil lagi.

Kesuksesan BUM Desa-BUM Desa di berbagai daerah telah memberikan dampak positif bagi daerah lainnya. Hal ini dibuktikan dengan semakin giatnya BUM Desa untuk melakukan kunjungan atau studi banding ke BUM Desa-BUM Desa bintang 5. BUM Desa bintang 5 yaitu BUM Desa yang telah menjalankan usaha, meraih keuntungan, dan memberikan dampak kemajuan bagi desanya.

Mayoritas perwakilan Pemerintah Desa dan pengurus BUM Desa seringkali menggelar studi banding ke luar daerah. Namun, sekembalinya dari daerah kunjungan tersebut hasilnya nyaris tidak ada. Jika ada pun masih jauh dari harapan yang ditargetkan sebelumnya. Sebenarnya studi banding yang dilakukan BUM Desa diharapkan dapat “mengambil” berbagai ide, cerita sukses, serta tips dan trik dalam mengembangkan BUM Desa yang dilakukan BUM Desa bintang 5 yang dikunjunginya.

Untuk menjadikan BUM Desa yang kita miliki tumbuh dan berkembang, memang cara mudahnya adalah dengan kita melakukan studi banding, belajar kepada yang sudah berpengalaman. Tapi, sekali lagi, dampak yang terjadi pasca studi banding tersebut masih saja kurang terasa, sehingga perlu adanya perubahan mindset bagi BUM Desa yang ingin melakukan kunjungan atau studi banding menjadi Studi Tiru.

Studi Tiru pada BUM Desa bintang 5 dapat dipilih untuk memberikan kemajuan bagi BUM Desa yang masih rintisan. Studi Tiru merupakan sebuah konsep pemecahan masalah pengembangan bagi BUM Desa rintisan dengan mengamati secara mendalam pengelolaan BUM Desa bintang 5 dan menerapkannya persis seperti yang mereka amati di desa mereka. Studi tiru dipandang lebih efisien untuk diterapkan BUM Desa karena perubahan mindset ini akan memberikan dampak positif bagi penggunaan anggaran yang digunakan saat studi banding.

Dikhawatirkan jika pola studi banding tersebut terus dirawat, tidak akan ada perubahan dan inovasi yang dilahirkan. Karena seringkali yang dibawa kembali pulang hanya oleh-oleh dari daerah kunjungan, bukan sebuah konsep dan tools untuk pengembangan BUM Desa yang selanjutnya dapat diterapkan di BUM Desa. Oleh karena itu, BUM Desa seluruh Indonesia bisa mulai menerapkan studi tiru dari sekarang. (susiloaji/bumdes.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET