“SWS Team” Kobarkan Kembali Semangat Kampung Bangun Kelola Usaha BUMDes

Setelah melakukan pendampingan BUMDes se-Kabupaten Berau, Kalimantan Timur binaan CSR PT Berau Coal di dua desa “Long Lanuk” dan “Sambakungan” pada termin pertama (28 Januari – 19 Februari), Bumdes.id kembali mengirimkan tim terbaiknya yang terdiri dari beberapa rekan-rekan konsultan PT Syncore Indonesia. Anggota Tim Bumdes.id yang melakukan pendampingan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Berau ini antara lain Surya, Wanda, dan Santyo (SWS). Tim konsultan “SWS” melakukan pendampingan BUMDes selama 20 hari di dua desa yang berbeda, terhitung sejak tanggal 28 Maret sampai 16 April 2019. 10 hari pertama tim melakukan pendampingan di Desa atau Kampung Sei Bebanir Bangun (familiar disebut Kampung Bangun) dan 10 hari selanjutnya dilakukan di Kampung Tasuk.

10 hari pertama, Tim Bumdes.id melakukan pendampingan di Kampung Sei bebanir Bangun. Kepala Kampung Sei Bebanir Bangun, Jaliman menyambut baik kedatangan Tim Bumdes.id dan CSR PT Berau Coal. Sebelumnya, Jaliman berekspetasi pendampingan BUMDes atau BUMK (Badan Usaha Milik Kampung) dari CSR PT Berau Coal ini dapat terealisasi awal tahun 2019. Namun, kegiatan ini baru terealisasi pada bulan Maret 2019.

Selama di Sei Bebanir Bangun, tim Bumdes.id melakukan observasi keliling kampung. Di Kampung Sei Bebanir Bangun terdapat tempat-tempat menarik yang mampu memanjakan setiap mata yang memandang, seperti wisata outbond dan spot “selfie” BBL (Berau Bangun Lestari), pasar senja (pasar sore), hamparan sawah, perkebunan sawit, bendungan, irigasi, dan kekayaan alam lainnya. Tentu saja potensi-potensi alam tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Sei Bebanir Bangun untuk diadopsi menjadi sumber mata pencaharian dan berpeluang menjadi usaha BUMK.

BUMK di Sei Bebanir Bangun yang bernama BUMK Bangun Bersatu ini memiliki satu unit usaha yang sudah berjalan dalam waktu 3 (tiga) bulan ini, yaitu penyewaan tarub (tenda dan panggung untuk hajatan). Penyewaan tarub ini mampu memberikan income sebesar 2.000.000 rupiah tiap bulannya. Uniknya, penyewaan tarub ini masih dipengaruhi oleh nilai sosial dan budaya daerah sekitar. Harga sewa yang diberikan kepada penyewa disesuaikan dengan kondisi ekonomi sang penyewa. Hal ini didasari oleh history masyarakat Kampung Sei Bebanir Bangun. Awalnya, setiap ada acara hajatan, masyarakat berbondong-bondong bergotong royong mencari kayu ke hutan untuk membuat tarub. Proses pembuatan seperti ini sebetulnya memakan banyak biaya dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, penyewaan tarub ini dibuat untuk memudahkan warga yang akan melakukan hajatan dan dari segi harga pun disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kemampuan masyarakat. Sehingga hal ini sangat meringankan beban warga Kampung Bangun yang kekurangan materi.

Setelah melihat potensi yang ada di Kampung Sei Bebanir Bangun dan juga unit usaha penyewaan tarub milik BUMK Bangun Bersatu, Tim Bumdes.id bekerja sama dengan Tim Lapangan CSR PT Berau Coal sepakat mengajak pengurus BUMK untuk menciptakan unit usaha BUMK yang diangkat dari permasalahan kampung. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, Tim Bumdes.id melakukan diskusi bersama pengurus BUMK Bangun Bersatu. Dari diskusi ini, terlihat permasalahan yang terdapat di Sei Bebanir Bangun yakni masih banyaknya masyarakat yang membakar sampah rumah tangga di lahan kosong kampung dan juga membuang sampahnya ke sungai. Selain itu, sampah di sekolah maupun pasar yang ada di kampung sampai saat ini belum dapat dikelola dengan baik dan masih terbengkalai.

Berdasarkan permasalahan inilah BUMK Bangun Bersatu sepakat mendirikan unit usaha pengelolaan sampah di Kampung Sei Bebanir Bangun. Supri, Ketua BUMK Bangun Bersatu pun mengiyakan jika beberapa warga kampung sudah memiliki kesadaran akan keresahan terhadap kebiasaan membakar sampah di lahan kosong dan membuang sampah di sungai ini. Sehingga pendirian unit usaha pengelolaan sampah ini tentunya sangat tepat untuk usaha BUMK Bangun Bersatu dan juga sebagai solusi dari permasalahan sampah yang selama ini menghantui Kampung Sei Bebanir Bangun. Namun, Kepala Kampung Jaliman berpesan agar pengurus BUMK Bangun Bersatu konsisten dalam mengelola unit usaha BUMK dan tidak setengah-setengah dalam bekerja, “BUMK jangan hanya awalnya saja gerak, tapi setelah itu malah tidak ada kelanjutannya. Intinya, harus ada perencanaan terlebih dahulu sebelum menjalankan usaha.”

Terkait pendirian unit usaha pengelolaan sampah di Kampung Sei Bebanir Bangun, Tim Bumdes.id melakukan beberapa pendampingan dan pelatihan kepada BUMK Bangun Bersatu dengan mengadakan workshop tentang filosofi BUMDes, tata kelola BUMDes, dan penggalian potensi desa serta melakukan pendampingan dalam membuat rencana bisnis dan anggaran (RBA) pengelolaan sampah.

Supri selaku Ketua BUMK Bangun Bersatu menambahkan, “Berhasil atau tidaknya, BUMK harus tetap nampak dan kokoh berdiri seperti usaha tarub, biarpun belum stabil tapi tetap eksis dan melakukan proses bisnis.” (Ayuresti/Bumdes.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET