Berbicara Mengenai Digitalisasi, Staf Ahli Kemendes: Kita Ketinggalan!

Mengapa teknologi digital penting untuk membantu percepatan SDGS Desa (Sustainable Development Goals)? Staf Ahli Kementerian Desa Bidang Hubugan Antar Lembaga Syamsul Widodo memberikan contoh mengenai kopi kenangan dan start up Ula, salah satu start-up yang baru saja mendapat pendanaan dari Jeff Bezoz. Syamsul menitikberatkan pentingnya tools digital sebagai sarana mempercepat tujuan. “Saya ingin contohkan Kopi Kenangan bisa menjual kopi 3 juta cup dalam waktu sebulan, itu mereka bisa menghasikan 3 juta kali 20 ribu setiap cup maka sudah mendapat angka 6 miliar” tutur  Syamsul. “Bandingkan juga dengan start up Ula yang mampu mendigitalisasi toko kelontong dan warung-warung” tambahnya. Ini adalah contoh sarana percepatan yang dibantu dengan tools digital.

Namun saat menyinggung mengenai digitalisasi UMKM terutama di desa-desa, Staf Ahli Kementerian ini mengungkapkan kekecewaannya, “Kita ketinggalan!, itulah mengapa saya kurang percaya dengan kata UMKM naik kelas”. Syamsul lalu mencontohkan betapa kita ketinggalan dalam masalah digitalisasi melalui sebuah gambar ikan besar memakan ikan-ikan kecil. “Ikan-ikan besar ini adalah perusahaan teknologi dari China dan Amerika, lalu yang kecil-kecil ini UMKM dan BUMDes yang tidak kompak” tutur Syamsul dengan berapi-api.

Syamsul Widodo Staf Ahli memberikan contoh persaingan UMKM Vs Perusahaan Besar

“Lalu apa yang harus kita lakukan” tanya Syamsul pada ribuan peserta yang hadir dalam webinar selasa siang ini. “Satu caranya adalah dengan bersatu, karena musuh-musuh pesaing besar telah berlari lebih dulu” tambah Syamsul. Ia kemudian menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan besar FMCC yang mempunyai produk-produk kebutuhan pokok masyarakat telah didesain sedemikian rupa untuk hadir di depan masyarakat dengan disokong jaringan yang besar dan panjang mampu menghadirkan produknya di depan pintu rumah kita. “Maka dari pada itu kita ketinggalan! Makanya harus melompat!” tegasnya sambil terus menekankan pada kata kata “ketinggalan”.

Pada pemaparan selanjutnya Syamsul Widodo menjelaskan mengenai praktek-praktek digitalisasi agar bisa dijadikan contoh bagi peserta seleksi kompetisi Desa Brilian Batch 3 Tahun 2021 ini. Salah satunya adalah program-program berbasis aplikasi yang memberikan solusi bagi masalah orang lain, antara lain JAHITIN merupakan solusi digitalisasi yang mempertemukan antara penjahit dengan masyarakat yang membutuhkan penjahit untuk menjahit bajunya. Selain itu juga ada program SEHATI yang mempertemukan antara ibu hamil dengan bidan, ibu hamil dapat berkonsultasi dengan bidan dan di dalam aplikasi telah didesain dengan artifisial intelligence agar bisa memantau kesehatan ibu hami.

Salah satu program digitalisasi bernama JAHITIN

“Kami dulu juga mempunyai beberapa pilot project digitalisasi di pertanian dan nelayan seperti project smart farming yang dilengkapi drone dan sensor tanah di jogja serta Impact Aruna untuk para nelayan, selain itu ada juga penerapan e-ticketing di NTB” tutup Syamsul Widodo.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KUBET